Sabtu, 03 Oktober 2015

8 olongan mustahik zakat

Delapan golongan yang berhak menerima zakat sesuai ayat di atas adalah :
1. Orang Fakir: orang yang amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya.
2. Orang Miskin: orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam keadaan kekurangan.
3. Pengurus Zakat: orang yang diberi tugas untuk mengumpilkan dan membagikan zakat.
4. Muallaf: orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah.
5. Memerdekakan Budak: mancakup juga untuk melepaskan Muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir.
6. Orang yang berhutang: orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya. Adapun orang yang berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya.
7. Orang yang berjuang di jalan Allah (Sabilillah): Yaitu untuk keperluan pertahanan Islam dan kaum muslimin. Di antara mufassirin ada yang berpendapat bahwa fi sabilillah itu mancakup juga kepentingan-kepentingan umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain.
8. Orang yang sedang dalam perjalanan (ibnu sabil) yang bukan maksiat mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya.

himah sholat tahajud

Keajaiban Sholat Tahajud

Redaksi – Senin, 10 Ramadhan 1435 H / 7 Juli 2014 13:18 WIB
“Jika matahari sudah terbenam, aku gembira dengan datangnya malam dan manusia tidur karena inilah saat hanya ada Allah dan aku.”
Sejarah telah mencatat bahwa Rasulullah Saw dan para sahabat selalu melaksanakan shalat tahajud. shalat tahajud adalah shalat yang sangat mulia. Keajaiban melaksanakan shalat tahajud telah tercatat dalam alquran. Ada beberapa keajaiban shalat tahajud seperti berikut ini:
1. Shalat Tahajud sebagai tiket masuk surga …
Abdullah Ibn Muslin berkata “kalimat yang pertama kali ku dengar dari Rasulullah Saw saat itu adalah, “Hai sekalian manusia! Sebarkanlah salam, bagikanlah makanan, sambunglah silaturahmi, tegakkan lah shalat malam saat manusia lainnya sedang tidur, niscaya kalian masuk surga dengan selamat.” (HR. Ibnu Majah).
2. Amal yang menolong di akhirat …
Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa berada di dalam taman-taman surga dan di mata air-mata air, seraya mengambil apa yang Allah berikan kepada mereka. Sebelumnya mereka adalah telah berbuat baik sebelumnya (di dunia), mereka adalah orang-orang yang sedikit tidurnya di waktu malam dan di akhir malam mereka memohon ampun kepada Allah).” (QS. Az Zariyat: 15-18)
Ayat di atas menunjukkan bahwa orang yang senantiasa bertahajud Insya Allah akan mendapatkan balasan yang sangat nikmat di akhirat kelak.
3. Pembersih penyakit hati dan jasmani …
Salman Al Farisi berkata, Rasulullah Saw bersabda, “Dirikanlah shalat malam, karena sesungguhnya shalat malam itu adalah kebiasaan orang-orang shaleh sebelum kamu, (shalat malam dapat) mendekatkan kamu kepada tuhanmu, (shalat malam adalah) sebagai penebus perbuatan buruk, mencegah berbuat dosa, dan menghindarkan diri dari penyakit yang menyerang tubuh.” (HR. Ahmad)
4. Sarana meraih kemuliaan …
Rasulullah Saw bersabda, “Jibril mendatangiku dan berkata, “Wahai Muhammad, hiduplah sesukamu, karena engkau akan mati, cintailah orang yang engkau suka, karena engkau akan berpisah dengannya, lakukanlah apa keinginanmu, engkau akan mendapatkan balasannya, ketahuilah bahwa sesungguhnya kemuliaan seorang muslim adalah shalat waktu malam dan ketidakbutuhannya di muliakan orang lain.” (HR. Al Baihaqi)
5. Jalan mendapatkan rahmat Allah …
Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Semoga Allah merahmati laki-laki yang bangun malam, lalu melaksanakan shalat dan membangunkan istrinya. Jika sang istri menolak, ia memercikkan air di wajahnya. Juga, merahmati perempuan yang bangun malam, lalu shalat dan membangunkan suaminya. Jika sang suami menolak, ia memercikkan air di wajahnya.” (HR. Abu Daud)
6. Sarana Pengabulan permohonan …
Allah SWT berjanji akan mengabulkan doa orang-orang yang menunaikan shalat tahajud dengan ikhlas. Rasulullah Saw Bersabda,
“Dari Jabir berkata, bahwa nabi Saw bersabda, “Sesungguhnya di malam hari , ada satu saat yang ketika seorang muslim meminta kebaikan dunia dan akhirat, pasti Allah memberinya, Itu berlangsung setiap malam.” (HR. Muslim)
7. Penghapus dosa dan kesalahan …
Dari Abu Umamah al-Bahili berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Lakukanlah Qiyamul Lail, karena itu kebiasaan orang saleh sebelum kalian, bentuk taqarub, penghapus dosa, dan penghalang berbuat salah.” (HR. At-Tirmidzi)
8. Jalan mendapat tempat yang terpuji …
Allah berfirman,
“Dan pada sebagian malam bertahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS. Al-Isra’:79)
9. Pelepas ikatan setan …
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Setan akan mengikat kepala seseorang yang sedang tidur dengan ikatan, menyebabkan kamu tidur dengan cukup lama. Apabila seseorang itu bangkit seraya menyebut nama Allah, maka terlepaslah ikatan pertama, apabila ia berwudhu maka akan terbukalah ikatan kedua, apabila di shalat akan terbukalah ikatan semuanya. Dia juga akan merasa bersemangat dan ketenangan jiwa, jika tidak maka dia akan malas dan kekusutan jiwa.”
10. Waktu utama untuk berdoa …
Amru Ibn ‘Abasah berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah Saw, “Ya Rasulullah! Malam apakah yang paling di dengar?”, Rasulullah Saw menjawab, “Tengah malam terakhir, maka shalat lah sebanyak yang engkau inginkan, sesungguhnya shalat waktu tersebut adalah maktubah masyudah (waktu yang apabila bermunajat maka Allah menyaksikannya dan apabila berdoa maka didengar doanya)” (HR. Abu Daud)
11. Meraih kesehatan jasmani …
“Hendaklah kalian bangun malam. Sebab hal itu merupakan kebiasaan orang-orang saleh sebelum kalian. Wahana pendekatan diri pada Allah Swt, penghapus dosa, dan pengusir penyakit dari dalam tubuh.” (HR. At-Tarmidzi)
12. Penjaga kesehatan rohani …
Allah SWT menegaskan bahwa orang yang shalat tahajud akan selalu mempunyai sifat rendah hati dan ramah. Ketenangan yang merupakan refleksi ketenangan jiwa dalam menjalani kehidupan sehari-hari di masyarakat.
Allah Berfirman, “Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. Dan orang yang melewati malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.” (QS. Al-Furqan: 63-64)
Keajaiban shalat tahajud sudah terbukti, maka bertahajudlah!
Mungkin masih banyak lagi keajaiban shalat tahajud yang mungkin terlewat dari tulisan ini. Yang pasti shalat tahajud merupakan shalat yang bagus sebagai ibadah tambahan bagi kita.
Subhanallah .. Shalat tahajud benar-benar dahsyat dalam meraih kebaikan dunia akhirat ..(Dz-Alzilzaal)

tripel pytagoras

MACAM-MACAM BILANGAN TRIPEL PYTHAGORAS

MACAM-MACAM.BILANGAN.TRIPEL.PYTHAGORAS
1.(3,4,5)
2.(5,12,13)
3.(7,24,25)
4.(8,15,17)
5(9,40,41)
6.(11,60,61)
7.(12,35,37)
8.(13,84,85)
9.(15,112,113)
10.(16,63,65)
11.(17,144,145)
12.(19,180,181)
13.(20,21,29)
14.(20,99,101)
15.(21,220,221)
16.(23,264,265)
17.(24,143,145)
18.(25,312,313)
19.(27,364,365)
20.(28,45,53)
21.(28,195,197)
22.(29,420,421)
23.(31,480,481)
24.(32,255,257)
25.(33,56,65)
26.(33,544,545)
27.(35,612,613)
28.(36,77,85)
29.(36,323,325)
30.(37,684,685)
31.(39,80,89)
32.(39,760,761)
33.(40,399,401)
34.(41,840,841)
35.(43,924,925)
36.(44,117,125)
37.(44,483,485)
38.(48,55,73)
39.(48,575,577)
40.(51,140,149)
41.(52,165,173)
42.(52,675,677)
43.(56,783,785)
44.(57,176,185)
45.(60,91,109)
46.(60,221,229)
47.(60,899,901)
48.(65,72,97)
49.(68,285,293)
50.(69,260,269)
51.(75,308,317)
52.(76,357,365)
53.(84,187,205)
54.(84,437,445)
55.(85,132,157)
56.(87,416,425)
57.(88,105,137)
58.(92,525,533)
59.(93,476,485)
60.(95,168,193)
61.(96,247,265)
62.(100,621,629)
63.(104,153,185)
64.(105,208,233)
65.(105,608,617)
66.(108,725,733)
67.(111,680,689)
68.(115,252,277)
69.(116,837,845)
70.(119,120,169)
71.(120,209,241)
72.(120,391,409)
73.(123,836,845)
74.(124,957,965)
75.(129,920,929)
76.(132,475,493)
77.(133,156,205)
78.(135,352,377)
79.(136,273,305)
80.(140,171,221)
81.(145,408,433)
82.(152,345,377)
83.(155,468,493)
84.(156,667,685)
85.(160,231,281)
86.(161,240,289)
87.(165,532,557)
88.(168,425,457)
89.(168,775,793)
90.(175,288,337)
91.(180,299,349)
92.(184,513,545)
93.(185,672,697)
94.(189,340,389)
95.(195,748,773)
96.(200,609,641)
97.(203,396,445)
98.(204,253,325)
99.(205,828,853)
100.(207,224,305)
101.(215,912,937)
102.(216,713,745)
103.(217,456,505)
104.(220,459,509)
105.(225,272,353)
106.(228,325,397)
107.(231,520,569)
108.(232,825,857)
109.(240,551,601)
110.(248,945,977)
111.(252,275,373)
112.(259,660,709)
113.(260,651,701)
114.(261,380,461)
115.(273,736,785)
116.(276,493,565)
117.(279,440,521)
118.(280,351,449)
119.(280,759,809)
120.(287,816,865)
121.(297,304,425)
122.(300,589,661)
123.(301,900,949)
124.(308,435,533)
125.(315,572,653)
126.(319,360,481)
127.(333,644,725)
128.(336,377,505)
129.(336,527,625)
130.(341,420,541)
131.(348,805,877)
132.(364,627,725)
133.(368,465,593)
134.(369,800,881)
135.(372,925,997)
136.(385,552,673)
137.(387,884,965)
138.(396,403,565)
139.(400,561,689)
140.(407,624,745)
141.(420,851,949)
142.(429,460,629)
143.(429,700,821)
144.(432,665,793)
145.(451,780,901)
146.(455,528,697)
147.(464,777,905)
148.(468,595,757)
149.(473,864,985)
150.(481,600,769)
151.(504,703,865)
152.533,756,925)
153.(540,629,829)
154.(555,572,797)
155.(580,741,941)
156.(615,728,953)
157.(616,663,905)
158.(696,697,985)

BIOGRAFI ABDUR RAUF SINGKIL

Makam Syaikh Abdurrauf al-Fansuri alias Syiah Kuala (bercungkup) di desa Deah Raya di muaraKrueng Aceh di Banda Aceh
Syekh Abdurrauf Singkil (Singkil, Aceh 1024 H/1615 M - Kuala Aceh, Aceh 1105 H/1693 M) adalah seorang ulama besarAceh yang terkenal. Ia memiliki pengaruh yang besar dalam penyebaran agama Islam di Sumatera dan Nusantara pada umumnya. Sebutan gelarnya yang juga terkenal ialah Teungku Syiah Kuala (bahasa Aceh, artinya Syekh Ulama di Kuala).
Daftar isi
  [sembunyikan
·         1 Masa muda
·         2 Tarekat Syattariyah
·         3 Pengajaran dan karya
·         4 Wafat
·         5 Referensi
·         6 Pranala luar
Masa muda[sunting | sunting sumber]
Nama lengkapnya ialah Aminuddin Abdul Rauf bin Ali Al-Jawi Tsumal Fansuri As-Singkili[1]. Menurut riwayat masyarakat, keluarganya berasal dari Persia atau Arabia, yang datang dan menetap di Singkil, Aceh, pada akhir abad ke-13. Pada masa mudanya, ia mula-mula belajar pada ayahnya sendiri. Ia kemudian juga belajar pada ulama-ulama di Fansur dan Banda Aceh. Selanjutnya, ia pergi menunaikan ibadah haji, dan dalam proses pelawatannya ia belajar pada berbagai ulama di Timur Tengah untuk mendalami agama Islam.
Tarekat Syattariyah[sunting | sunting sumber]
Menurut Syed Muhammad Naquib al-Attas[2], syaikh untuk Tarekat Syattariyah Ahmad al-Qusyasyi adalah salah satu gurunya. Nama Abdurrauf muncul dalam silsilah tarekat dan ia menjadi orang pertama yang memperkenalkan Syattariyah di Indonesia. Namanya juga dihubungkan dengan terjemahan dan tafsir Al-Qur’an bahasa Melayu atas karya Al-Baidhawi berjudul Anwar at-Tanzil Wa Asrar at-Ta'wil, yang pertama kali diterbitkan di Istanbul tahun 1884.[3]
Pengajaran dan karya[sunting | sunting sumber]
Ia diperkirakan kembali ke Aceh sekitar tahun 1083 H/1662 M dan mengajarkan serta mengembangkan tarekat Syattariah yang diperolehnya. Murid yang berguru kepadanya banyak dan berasal dari Aceh serta wilayah Nusantara lainnya. Beberapa yang menjadi ulama terkenal ialah Syekh Burhanuddin Ulakan (dari Pariaman, Sumatera Barat) dan Syekh Abdul Muhyi Pamijahan (dari Tasikmalaya, Jawa Barat).
Azyumardi Azra menyatakan[4] bahwa banyak karya-karya Abdurrauf Singkil yang sempat dipublikasikan melalui murid-muridnya. Di antaranya adalah:
·         Mir'at al-Thullab fî Tasyil Mawa'iz al-Badî'rifat al-Ahkâm al-Syar'iyyah li Malik al-Wahhab. Karya di bidang fiqh atau hukum Islam, yang ditulis atas permintaan Sultanah Safiyatuddin.
·         Tarjuman al-Mustafid. Merupakan naskah pertama Tafsir Al Qur’an yang lengkap berbahasa Melayu.
·         Terjemahan Hadits Arba'in karya Imam Al-Nawawi. Kitab ini ditulis atas permintaan Sultanah Zakiyyatuddin.
·         Mawa'iz al-Badî'. Berisi sejumlah nasihat penting dalam pembinaan akhlak.
·         Tanbih al-Masyi. Kitab ini merupakan naskah tasawuf yang memuat pengajaran tentang martabat tujuh.
·         Kifayat al-Muhtajin ilâ Masyrah al-Muwahhidin al-Qâilin bi Wahdatil Wujud. Memuat penjelasan tentang konsep wahadatul wujud.
·         Daqâiq al-Hurf. Pengajaran mengenai taswuf dan teologi.
Abdurrauf Singkil meninggal dunia pada tahun 1693, dengan berusia 73 tahun. Ia dimakamkan di samping masjid yang dibangunnya di Kuala Aceh, desa Deyah Raya Kecamatan Kuala, sekitar 15 Km dari Banda Aceh.
Referensi[sunting | sunting sumber]
1.     ^ Rinkes, D.A., Abdoerraoef van Singkel: Bijdrage tot de kennis van de mystiek op Sumatra en Java. Ph.D. diss., Leiden, 1909.
2.     ^ al-Attas, Syed Muhammad NaquibSome Aspects of Sufism as Understood and Practised among the Malays. Penyunting oleh Shirley Gordon. Singapore : Malaysian Sociological Research Institute, 1963.
3.     ^ Adan, Hasanuddin Yusuf. Melacak Gelar Negeri Aceh, dalam website The Aceh Institute © Copyrights - 2007.
4.     ^ Azra, Azyumardi. Jaringan Ulama: Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII. Penerbit Kencana, Jakarta. Cetakan I, 1998.
Pranala luar[sunting | sunting sumber]
·         Ramadian, Handri. Dakwah Tasawuf di Dunia Modern (Bag. II), dalam website Radix Training Center © 2007.
·         Adan, Hasanuddin Yusuf. Melacak Gelar Negeri Aceh, dalam website The Aceh Institute © Copyrights - 2007.

·         Situs resmi Universitas Syiah Kuala

Abdul Rauf sebagai mualim, ulama dan pendakwah yang berpengaruh tak bisa disangkal. Arah gagasannya selalu praktis. Sebagai seorang mualim ia selalu menaruh perhatian besar pada murid-muridnya. Karya-karyanya selalu bertolak dari perhatiannya yang demikian itu, yaitu untuk membantu mereka memahami Islam dengan lebih baik, menasehati mereka supaya tak tertimpa musibah, memperteguh kesalehan mereka dan menghindarkan mereka dari tindakan salah dan tak toleran (A Johns dalam Braginsky, 1998: 474).

Abdul Rauf Singkel yang bernama panjang Syeh Abdul Rauf bin Ali al-Jawi al-Fansuri al-Singkili, lahir di Fansur, lalu dibesarkan di Singkil pada awal abad ke-17 M. Ayahnya, Syeh Ali Fansuri, masih bersaudara dengan Syeh Hamzah Fansuri. A Rinkes memperkirakan, Abdul Rauf lahir pada 1615 M. Ini berdasar perhitungan, ketika Abdul Rauf kembali dari Makkah, usianya antara 25 dan 30 tahun (lihat Abdul Hadi WM, 2006: 241). Namun, Abdul Hadi WM (2006) menyatakan, perkiraan itu bisa meleset, karena Abdul Rauf berada di Makkah sekitar 19 tahun dan kembali ke Aceh pada 1661. Bila dalam usia 30 tahun ia kembali dari Makkah, berarti ia dilahirkan pada 1630.

Selama sekitar 19 tahun menghimpun ilmu di Timur Tengah, Abdul Rauf tak hanya belajar di Makkah. Ia juga mempelajari ilmu keagamaan dan tasawuf di bawah bimbingan para guru yang termasyhur di Madinah. Di kota ini, ia belajar pada khalifah (pengganti) dari tarekat Syattariyah, yaitu Ahmad Kusyasyi dan penggantinya, Mula Ibrahim Kurani (Braginsky, 1998: 474). Dalam kata penutup salah satu karya tasawufnya, Abdul Rauf menyebutkan guru-gurunya. Data yang cukup lengkap tentang pendidikan dan tradisi pengajaran yang diwarisinya ini merupakan data pertama tentang pewarisan sufisme di kalangan para sufi Melayu. Ia juga menyebutkan beberapa kota Yaman (Zabit, Moha, Bait al-Fakih dan lain-lain), Doha di Semenanjung Qatar, Madinah, Makkah dan Lohor di India. Ia juga menyebutkan daftar 11 tarekat sufi yang diamalkannya, antara lain Syattariyah, Kadiriyah, Kubrawiyah, Suhrawardiyah dan Naqsyabandiyah (Braginsky, 1998: 474).

Sepeninggal Ahmad Kusyasyi, Abdul Rauf memperoleh izin dari Mula Ibrahim Kurani untuk mendirikan sebuah sekolah di Aceh. Sejak 1661 hingga hampir 30 tahun berikutnya, Abdul Rauf mengajar di Aceh. Liaw Yock Fang (1975) menyebutkan, muridnya ramai sekali dan datang dari seluruh penjuru Nusantara.Karena pandangan-pandangan keagamaannya sejalan dengan pandangan Sultan Taj al-Alam Safiatun Riayat Syah binti Iskandar Muda (1645-1675), Abdul Rauf kemudian diangkat jadi Syeikh Jamiah al-Rahman dan mufti atau kadi dengan sebutan Malik al-Adil, menggantikan Syeh Saif al-Rijal yang wafat tak lama setelah ia kembali ke Aceh (Abdul Hadi WM, 2006: 241-242). Selain itu, ia juga bersikap keras terhadap orang-orang yang menolak berkuasanya seorang raja perempuan (lihat Mat Piah et.al, 2002: 61).

Walau disibukkan oleh tugas mengajar dan pemerintahan, Abdul Rauf masih sempat menulis berbagai karya intelektual dan juga karya sastra berbentuk syair, banyak di antaranya yang masih tersimpan sampai sekarang. Mulanya, ketika dititahkan oleh Sultanah untuk menulis “Mir’at al-Tullab” pada 1672, ia tak bersedia karena merasa kurang menguasai bahasa Melayu setelah lama bermukim di Haramayn (Arab Saudi). Tapi setelah mempertimbangkan masak-masak perlunya kitab semacam ini ditulis dalam bahasa Melayu, ia pun mengerjakannya, dengan dibantu oleh dua sahabat (Zalila Sharif dan Jamilah Haji Ahmad dalam Abdul hadi WM, 2006: 243). Oman Fathurrahman (dalam Osman, 1997: 242) mencatat, karyanya tak kurang dari 36 kitab berkenaan dengan fikih dan syariat, tasawuf dan tafsir Alquran dan hadis.

Pengaruh Abdul Rauf juga mencapai umat Islam di Jawa. Braginsky (1998) menyebutkan, Abdul Rauf pernah berkunjung ke Banten. Sedang  Liaw Yock Fang (1975) menyebutkan, salah satu karya Abdul Rauf dikutip dalam sebuah risalah sufi yang terkenal di Jawa. Sementara itu, tarekat Syattariyah, yang juga banyak penganutnya di Jawa, membubuhkan nama Abdul Rauf dalam silsilah para sufi besar penganut tarekat tersebut. Sehingga, Abdul Rauf jelas dikenal oleh orang-orang Jawa yang menganutnya.

Barangkali yang paling diingat orang tentang Abdul Rauf adalah ia penting sekali dalam menengahi silang pendapat antara Nuruddin al-Raniri dan Hamzah Fansuri tentang aliran wujudiyyah. Braginsky (1998) telah menguraikan pendekatan Abdul Rauf yang lebih sejuk dan damai terhadap aliran yang diajarkan Hamzah Fansuri tersebut.

Ketika wafat pada 1693, Abdul Rauf dimakamkan di muara sebuah sungai di Aceh, di samping makam Teuku Anjong yang dikeramatkan oleh orang Aceh (Abdul Hadi WM, 2006: 246), sehingga ia dikenal juga sebagai Syeh Kuala atau Tengku di Kuala (Liaw Yock Fang, 1975: 198).(fed)